Rabu, 01 Juli 2009

RONGGOWARSITO jilid 1


Hello there... setelah lama menghilang dari dunia bloger... ane mau kasih sedikit tentang kisah sang maestro ronggowarsito, jangan jengkel dolo ateuh kan baru permulaan dari awal kejengkelan kepada seseorang yang saat ini berada entah dimana? sedang apa intinya masih berkesan kurang bermoral dan kurang tanggung jawab begitu.... sebenernya sejujur-jujurnya ni tulisan ga ada hubungannya tapi dipaksa untuk berhubungan gitu....
gini awalnya.....eit salah ini kisahnya...

Ramalan Ronggowarsito

Pada hari Senin Legi tanggal 10 Zulkaidah tahun Jawa 1728 atau tanggal 15 Maret 1802 Masehi kurang lebih jam 12.00 siang lahirlah seorang bayi dirumah kakek yang bernama R. Ng. Yosodipuro I, seorang Pujangga Keraton yang terkenal dijamannya. Bayi yang baru lahir itu diberi nama Bagus Burham. Sejak umur 2 tahun sampai 12 tahun Bagus Burham ikut kakeknya.Ayahnya bernama R. Tumenggung Sastronegoro yang mengharapkan anaknya dikelak kemudian hari menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negaranya. Maka oleh sang ayah, Bagus Burham dikirim ketempat pendidikan yang memungkinkan dapat mendidik anaknya lebih baik dari dirinya sendiri.Waktu itu pondok Pesantren di kawasan Ponorogo yang dipimpin oleh Kyai Imam Besari terkanal sampai dipusat Kerajaan Surakarta.

Kesanalah Bagus Burham dikirim untuk mendapatkan tambahan ilmu lahir batin serta keagamaan. Pondok Tegalsari yang dipimpin Kyai Imam Besari ini mempunyai murid yang banyak dan memiliki kepandaian yang pilih tanding.

Bagus Burham berangkat ke Pesantren Tegalsari disertai embannya yang bernama Ki Tanujoyo. Ditempat yang baru itu Bagus Burham sangat malas. Ditambah lagi lebih suka
menjalankan maksiat dari pada mengaji. Berjudi adalah merupakan pekerjaannya setiap hari. Juga pekerjaan maksiat yang lainnya. Adu ayam termasuk kesukaan yang tidak perbah diluangkan. Dari pada mengaji hari-harinya dihabiskan dimeja-meja judi dari satu desa ke desa lainnya. Sehingga terkenallah Bagus Burham bukan sebagai santri yang soleh tetapi sebagai penjudi ulung dikalangan orang-orang di daerah Ponorogo. Dasar
seorang anak Tumenggung, uang banyak dan biasanya dimanja oleh orang tua atau kakeknya. Karena kegemarannya bermain judi, adu ayam dan perbuatan-perbuatan maksiat yang lain Bagus Burham banyak berkenalan dengan warok-warok Ponorogo yang satu kegemaran. Perbuatan putra Tumenggung ini sangat merepotkan hari Kyai Imam Besari.
Diharapkan seorang putra priyayi keraton ini akan memberi suri teladan bagi murid-murid (santri-santri) yang lein tetapi ternyata sebaliknya.Seringkali Bagus Burham mendapat teguran dan marah dari Kyai Besari. Namun hal itu tidak merubah sifatnya. Dia tetap penjudi, tetap penyabung ayam, tetap gemar pada tindakan-tindakan yang menjurus ke maksiat. Karena merasa bosan setiap hari mendapat dampratan dari gurunya
maka Bagus Burham perni meninggalkan pondok Tegalsari diikuti oleh Ki Tanujoyo.
(Versi lain mengatakan bahwa kepergian Bagus Burham karena KyaiImam Besari
merasa jengkel akan ulah Bagus Burham. Kemudian pimpinan pondok Tegalsari
itu memanggil abdi kinasih Ki Tanujoyo dan menseyogyakan Bagus Burham
tidak usah belajar mengaji di pondok Tegalsari).
Meninggalkan pondok Tegalsari Bagus Burham tidak mau pulang ke Solo.
Dengan diiring oleh oleh abdinya yang bernama Ki Tanujoyo. Bagus Burham
bertualang sampai di Madiun. Ditempat itu uang sakunya habis. Ki Tanujoyo
kemudian berdagang barang loakan. Sedangkan Bagus Burham tetap pada
kegemarannya semula. Betapa bingungnya Raden Tumenggung Sastronegoro
tatkala mendapat laporan Kyai Imam Besari bahwa puteranya pergi dari
Tegalsari. Kemudian dipanggillah di Josono agar mencari Bagus Burham
sampai ketemu. Bila ketemu agar diajal kembali ke Tegalsari. Kyai Imam
Besari kembali dari Keraton Solo mendapat laporan dari penduduk Tegalsari
bahwa sekarang daerah Tegalsari tidak aman. Banyak pencuri serta tanaman
diserang hama. Kyai Imam Besari memohon petunjuak dari Tuhan. Mendapatkan
ilham bahwa keadaan daerahnya akan kembali aman damai apabila Bagus Burham
kembali ke Tegalsari lagi. Oleh karena itu Kyai Imam Besari segera
mengutus ki Kromoleyo agar supaya berangkat mencari kemana gerangan
perginya Bagus Burham. Bagi Ki Kromoleyo bukan pekerjaan yang sulit
mencari Bagus Burham. Sebab dia tahu kehidupun macam apa yang digemari
Bagus Burham. Tempat judi, tempat adu ayam. Itulah sasaran Ki Kromoleyo.
Pada penjudi dan pengadu ayam ditanyakan apakah kenal dengan pemuda yang
bernama Bagus Burham. Orangnya tampan. Jejak Bagus Burham akhirnya terbau
juga. Ki Kromoleyo dapat menemukan Bagus Burham dan mengajak kembali ke
Tegalsari. Namun Bagus Burham tidak mau. Karena bujukan Ki Josono utusan
orang tuanya yang kebetulan juga sudah menemukan tempat Bagus Burham maka
kembalilah Bagus Burham ke Tegalsari.
Kyai Imam Besari menghadapi Bagus Burham dengan cari lain. Sebab ternyata
sekembalinya dari petualangannya Bagus Burham bukan semakin rajin mengaji
tetapi semakin boglok dan bodoh. Tampaknya. Menghadapi murid yang demikian
Kyai yang sudah berpengalaman itu lalu mengambil jalan lain. Bagus Burham
tidak langsung tidak langsung diajar mengaji seperti santri-santri yang
lain. Dia bukan keturunang orang biasa tetapi masuk memiliki darah
satriya. Maka tidak mengherankan kalau dia juga memiliki/mewarisi
sifat-sifat leluhurnya. Gemar sekali kepada hal-hal yang memperlihatkan
kejantanan seperti adu ayam dan lain sebagainya.
Menurut serat "CANDRA KANTHA" buatan Raden Ngabehi Tjondropradoto antara
lain menyebutkan bahwa : Raden Patah berputera R. Tejo ( Pangeran
Pamekas). Pangeran Pamekas berputra Panembahan Tejowulan di Jogorogo.
Panembahan Tejowulan berputra Tumenggung Sujonoputro seorang pujangga
keraton Pajang. Kemudian Raden Tumenggung Sujonoputro berputra Tumenggung
Tirtowiguno. Sedangkan Tumenggung Tirtowiguno ini mempunyai putra R. Ng.
Yosodipuro I pujangga keraton Surakarta. Kemudian sang pujangga berputra
R. Ng. Yosodipuro II (Raden Tumenggung Sastronegoro) ayah dari Bagus
Burham. (Dari sumber lain menyebutkan bahwa R. Tumenggung Sastronegoro
bukan ayah Bagus Burham tetapi kakeknya. Ayahnya bernama Mas Ngebehi
Ronggowarsito Panewu Carik Kadipaten Anom). Dari silsilah tersebut
diketahui bahwa Bagus Burham masih ada keturunan darah raja. Darah
bangsawan yang biasanya sangat suka adu jago tetapi gemar melakukan tapa
brata. Kesinilah Imam Kyai Besari mengarahkan. Disamping diberi pelajaran
mengaji seperti murid yang lain maka Bagus Burham juga disuruh melakukan
"tapa kungkum". Dari sini terbukalah hati Bagus Burham. Dikeheningan
malam, dengen gemriciknya suara air, diatasnya bintang-bintang
berkelap-kelip seolah-oleh menyadarkan Bagus Burham yang usianya juga
sudah semakin dewasa itu.
Setelah menjalani tapa kungkum selama 40 hari lamanya maka Bagus Burham
tumbuh menjadi anak yang pandai. Kyai Imam Besari tersenyum lega melihat
perkembangan anak asuhnya yang paling bengal itu. Terapinya kena sekali.
Padahal terapi itu hanya berdasarkan dongenn yang pernah didengarnya.
Bahwa dahulu kala ada seorang pemuda yang bengal, nakal, penjudi, pemalas,
perampok yang bernama Ken Arok. Namun karena ketekunan seorang pendidik
yang bernama Loh Gawe maka akhirnya Ken Arok enjadi raja di Singosari.
Menurunkan raja-raja besar di tanah Jawa. Dari Mojopahit sampai ke
Surakarta semua menurut silsilah masih keturunan langsung dari Ken Arok.
Dan R. Patah pun keturunan Ken Arok. Jadi Bagus Burham juga keturunan Ken
Arok. Siapa tahu kenakalannya juga turunan yang dikelak kemudian hari akan
menjadi orang yang luar biasa. Bagus Burham menjadi murid yang terpandai.
Selama 4 tahun dipondok Tegalsari ilmu gurunya sudah terkuran habis. Tidak
ada sisanya lagi. Kyai Imam Besari memuji keluhuran Tuhannya. Dia
melimpahkan habis ilmunya kepada muridnya. Setelah dirasa cukup maka Bagus
Burham kembali ke Surakarta. Oleh tuanya Bagus Burham disuruh langsung ke
Demak untuk belajar mengenal sastra Arab dan kebatinan jawa pada Pangeran
Kadilangu.
Apakah ayahnya punya maksud agar kelak anaknya dapat menandingi kepandaian
rajanya ?
Bagus Burham seorang kutu buku yang luar biasa. Dengan bekal kepandaian
yang dimiliki dari beberapa guru-gurunya, Bagus Burham kemudian menekuni
soal kesusastraan Jawa serta peninggalan-peninggalan nenek moyang.
Buku-buku berbahasa kawi kuna ditelaah dan dipelajarai sebaik-baiknya.
Jiwa petualang masih juga membara dalam kalbunya. Dia seringkali
mengadakan perjalanan dari satu daerah kedaerah yang lain. Bagus Burham
meninjau tempat-tempat yang bersejarah, tempat-tempat yang mengandung
nilai-nilai historis, tempat-tempat yang keramat, ke candi-candi dan
tempat-tempat penting lainnya. Disembarang tempat dipelbagai daerah kalau
dianggap ada orang yang memiliki kepandaian lebih maka tidak malu-malu
Bagus Burham berguru para orang tersebut. Tidak peduli dia hanyalah
seorang juru kunci atau orang biasa. Pada usia 18 tahun sebagaimana
kebiasaan anak priyayi waktu itu ingin mengabdikan dirinya kepada keraton.
Caranya haruslah dengan magang (pegawai percobaan) pada Kadipaten Anom.
Jiwa senimannya atau darah kepujanggaannya terasa mengalir deras
ditubuhnya. TIdak merasa puas dengan pekerjaan magang tersebut. Maka Bagus
Burham mohon pamit sebab dirasa tidak ada kemajuan. Dia ingin mengembara
ingin bertualan menuruti gejolak darah senimannya. Hampir seluruh pelosok
pulau Jawa telah dijelajahi oleh Bagus Burham. Bahkan juga luar jawa
sepeti Bali, Lombok, Ujung Pandang, Banjarmasin bahkan ada sumber yang
mengatakan pengembaraan Bagus Burham sampai di India dan Srilanka. Melihat
perjalanan hidupnya seperti tersebut diatas pantaslah kalau Bagus Burham
menjadi manusia yang kritis menghadapi suatu persoalan. (Ungkapan
perasaannya tampak ada karyanya " Serat Kala Tida ".
Pulang dari pengembarannya Bagus Burham kawin. Karena sang mertua diangkat
menjadi Bupati di Kediri maka Bagus Burhampun mengikuti ke Kediri.
Ditempat tersebut yang terkenal sebagai tempat bersejarah banyak
peninggalan-peninggalan dari jaman terdahulu. Di Kediri pernah berdiri
kerajaan besar dimana salah satu rajanya adalah Sang Prabu Joyoboyo. Waktu
sang prabu berkuasa agaknya keadaan negara sangat tenteram dan damai
terbukti lahirnya beberapa karya sastra besar. Sang Prabu memerintahkan
kepada Empu Sedah dan Empu Panuluh agar menceritakan kembali atau menyusun
ceritera BARATAYUDAHA dalam bahasa yang lebih muda diambil dari buku Maha
Barata asli dari India. Demikian indahnya gubahan tersebut sehingga banyak
yang mengira bahwa kejadian itu terjadi di tanah Jawa. Sebelum raja
Joyoboyo, di Kediri juga lahir hasil sastra yang tinggi mutunya. Smara
Dahana kitab karya Empu Darmaja, juga buku Sumana Sentaka karya Triguna
merupakan hasil sastra yang sulit dicari bandingannya. Di daerah yang
seperti itu tentu saja banyak peninggalan-peninggalan berupan
rontal-rontal yang dimiliki penduduk warisan dari nenek moyang. Dengan
tekun Bagus Burham di Kediri waktunya dihabiskan untuk mempelajari
rontal-rontal yang dapat dikumpulkan dari perbagai daerah. Dari
rontal-rontal, pengalaman/pengetahuan selama mengembara dan berguru itulah
dia dapat menimba pelbagai ilmu.
Baru setelah Bagus Burham berumur 38 tahun mulai produktif dengan karya
sastranya. Dan pada tahun 1844 pihak keraton mengangkat menjadi Kliwon
Carik dan disyahkan menjadi Pujangga Keraton. Namanya Raden Ngabehi
Ronggowarsito dan semakin tenar. Kariernya tidak licin sebab agaknya juga
dipengaruhi bahwa orang tuanya (Raden Tumenggung Sastronegoro) dianggap
bersalah kepada kompeni Belanda sebab pernah merencanakan akan menggempur
benteng Kompeni diwaku jaman pemberontakan Diponegoro (1825-1830).
Akhirnya R.T. Sastronegoro dibuang dan makamnya ada di Jakarta.

SERAT JOKO LODANG
Gambuh
1. Jaka Lodang gumandhul
Praptaning ngethengkrang sru muwus
Eling-eling pasthi karsaning Hyang Widhi
Gunung mendhak jurang mbrenjul
Ingusir praja prang kasor

Joko Lodang datang berayun-ayun diantara dahan-dahan pohon
kemudian duduk tanpa kesopanan dan berkata dengan keras.
Ingat-ingatlah sudah menjadi kehendak Tuhan
bahwa gunung-gunung yang tinggi itu akan merendah
sedangkan jurang yang curam akan tampil kepermukaan
(akan terjadi wolak waliking jaman), karena kalah perang maka akan diusir
dari negerinya.

2.Nanging awya kliru
Sumurupa kanda kang tinamtu
Nadyan mendak mendaking gunung wis pasti
Maksih katon tabetipun
Beda lawan jurang gesong

Namun jangan salah terima menguraikan kata-kata ini.
Sebab bagaimanapun juga meskipun merendah kalau gunung
akan tetap masih terlihat bekasnya.
Lain sekali dengan jurang yang curam.
3. Nadyan bisa mbarenjul
Tanpa tawing enggal jugrugipun
Kalakone karsaning Hyang wus pinasti
Yen ngidak sangkalanipun
Sirna tata estining wong

Jurang yang curam itu meskipun dapat melembung,
namun kalau tidak ada tanggulnya sangat rawan dan mudah longsor.
(Ket. Karena ini hasil sastra maka tentu saja multi dimensi.
Yang dimaksud dengan jurang dan gunung bukanlah pisik
tetapi hanyalah sebagai yang dilambangkan).
Semuanya yang dituturkan diatas sudah menjadi kehendak Tuhan
akan terjadi pada tahun Jawa 1850.
(Sirna=0, Tata=5, Esthi=8 dan Wong=1).
Tahun Masehi kurang lebih 1919-1920.

Sinom
1. Sasedyane tanpa dadya
Sacipta-cipta tan polih
Kang reraton-raton rantas
Mrih luhur asor pinanggih
Bebendu gung nekani
Kongas ing kanistanipun
Wong agung nis gungira
Sudireng wirang jrih lalis
Ingkang cilik tan tolih ring cilikira

Waktu itu seluruh kehendaki tidak ada yang terwujud,
apa yang dicita-citakan buyar, apa yang dirancang berantakan,
segalanya salah perhitungan, ingin menang malah kalah,
karena datangnya hukuman (kutukan) yang berat dari Tuhan.
Yang tampak hanyalah perbuatan-perbuatan tercela.
Orang besar kehilangan kebesarannya, lebih baik tercemar nama daripada
mati,
sedangkan yang kecil tidak mau mengerti akan keadaannya.

2. Wong alim-alim pulasan
Njaba putih njero kuning
Ngulama mangsah maksiat
Madat madon minum main
Kaji-kaji ambataning
Dulban kethu putih mamprung
Wadon nir wadorina
Prabaweng salaka rukmi
Kabeh-kabeh mung marono tingalira

Banyak orang yang tampaknya alim, tetapi hanyalah semu belaka.
Diluar tampak baik tetapi didalamnya tidak.
Banyak ulama berbuat maksiat.
Mengerjakan madat, madon minum dan berjudi.
Para haji melemparkan ikat kepala hajinya.
Orang wanita kehilangan kewanitaannya karena terkena pengaruh harta benda.
Semua saja waktu itu hanya harta bendalah yang menjadi tujuan.

3. Para sudagar ingargya
Jroning jaman keneng sarik
Marmane saisiningrat
Sangsarane saya mencit
Nir sad estining urip
Iku ta sengkalanipun
Pantoging nandang sudra
Yen wus tobat tanpa mosik
Sru nalangsa narima ngandel ing suksma

Hanya harta bendalah yang dihormati pada jaman tersebut.
Oleh karena itu seluruh isi dunia penderitaan kesengsaraannya makin
menjadi-jadi.
Tahun Jawa menunjuk tahun 1860 (Nir=0, Sad=6, Esthining=8, Urip=1).
Tahun Masehi kurang lebih tahun 1930.
Penghabisan penderitaan bila semua sudah mulai bertobat dan menyerahkan
diri
kepada kekuasaan Tuhan seru sekalian alam.

Megatruh
1. Mbok Parawan sangga wang duhkiteng kalbu
Jaka Lodang nabda malih
Nanging ana marmanipun
Ing waca kang wus pinesthi
Estinen murih kelakon

Mendengar segalanya itu Mbok Perawan merasa sedih.
Kemudian Joko Lodang berkata lagi :
"Tetapi ketahuilah bahwa ada hukum sebab musabab,
didalam ramalan yang sudah ditentukan haruslah diusahakan supaya
segera dan dapat terjadi ".

2. Sangkalane maksih nunggal jamanipun
Neng sajroning madya akir
Wiku Sapta ngesthi Ratu
Adil parimarmeng dasih
Ing kono kersaning Manon

Jamannya masih sama pada akhir pertengahan jaman.
Tahun Jawa 1877 (Wiku=7, Sapta=7, Ngesthi=8, Ratu=1).
Bertepatan dengan tahun Masehi 1945.
Akan ada keadilan antara sesama manusia. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan.

3. Tinemune wong ngantuk anemu kethuk
Malenuk samargi-margi
Marmane bungah kang nemu
Marga jroning kethuk isi
Kencana sesotya abyor

Diwaktu itulah seolah-olah orang yang mengantuk mendapat kethuk (gong
kecil)
yang berada banyak dijalan.
Yang mendapat gembira hatinya sebab didalam benda tersebut
isinya tidak lain emas dan kencana.



SERAT SABDO JATI
Megatruh
1. Hawya pegat ngudiya RONGing budyayu
MarGAne suka basuki
Dimen luWAR kang kinayun
Kalising panggawe SIsip
Ingkang TAberi prihatos

Jangan berhenti selalulah berusaha berbuat kebajikan,
agar mendapat kegembiraan serta keselamatan serta tercapai segala
cita-cita,
terhindar dari perbuatan yang bukan-bukan, caranya haruslah gemar
prihatin.

2. Ulatna kang nganti bisane kepangguh
Galedehan kang sayekti
Talitinen awya kleru
Larasen sajroning ati
Tumanggap dimen tumanggon

Dalam hidup keprihatinan ini pandanglah dengan seksama,
intropeksi, telitilah jangan sampai salah, endapkan didalam hati,
agar mudah menanggapi sesuatu.

3. Pamanggone aneng pangesthi rahayu
Angayomi ing tyas wening
Eninging ati kang suwung
Nanging sejatining isi
Isine cipta sayektos

Dapatnya demikian kalau senantiasa mendambakan kebaikan,
mengendapkan pikiran, dalam mawas diri sehingga seolah-olah hati ini
kosong
namun sebenarnya akan menemukan cipta yang sejati.

4. Lakonana klawan sabaraning kalbu
Lamun obah niniwasi
Kasusupan setan gundhul
Ambebidung nggawa kendhi
Isine rupiah kethon

Segalanya itu harus dijalankan dengan penuh kesabaran.
Sebab jika bergeser (dari hidup yang penuh kebajikan)
akan menderita kehancuran. Kemasukan setan gundul,
yang menggoda membawa kendi berisi uang banyak.

5. Lamun nganti korup mring panggawe dudu
Dadi panggonaning iblis
Mlebu mring alam pakewuh
Ewuh mring pananing ati
Temah wuru kabesturon

Bila terpengaruh akan perbuatan yang bukan-bukan,
sudah jelas akan menjadi sarang iblis, senantiasa mendapatkan
kesulitas-kesulitan, kerepotan-kerepotan, tidak dapat berbuat dengan
itikad hati yang baik,
seolah-olah mabuk kepayang.

6. Nora kengguh mring pamardi reh budyayu
Hayuning tyas sipat kuping
Kinepung panggawe rusuh
Lali pasihaning Gusti
Ginuntingan dening Hyang Manon

Bila sudah terlanjur demikian tidak tertarik terhadap perbuatan
yang menuju kepada kebajikan. Segala yang baik-baik lari dari dirinya,
sebab sudah diliputi perbuatan dan pikiran yang jelek.
Sudah melupakan Tuhannya. Ajaran-Nya sudah musnah berkeping-keping.

7. Parandene kabeh kang samya andulu
Ulap kalilipen wedhi
Akeh ingkang padha sujut
Kinira yen Jabaranil
Kautus dening Hyang Manon

Namun demikian yang melihat, bagaikan matanya kemasukan pasir,
tidak dapat membedakan yang baik dan yang jahat, sehingga
yang jahat disukai dianggap utusan Tuhan.

8. Yeng kang uning marang sejatining dawuh
Kewuhan sajroning ati
Yen tiniru ora urus
Uripe kaesi-esi
Yen niruwa dadi asor

Namun bagi yang bijaksana, sebenarnya repot didalam pikiran
melihat contoh-contoh tersebut. Bila diikuti hidupnya akan
tercela akhirnya menjadi sengsara.

9. Nora ngandel marang gaibing Hyang Agung
Anggelar sakalir-kalir
Kalamun temen tinemu
Kabegjane anekani
Kamurahane Hyang Manon

Itu artinya tidak percaya kepada Tuhan, yang menitahkan bumi dan
langit, siapa yang berusaha dengan setekun-tekunnya akan mendapatkan
kebahagiaan. Karena Tuhan itu Maha Pemurah adanya.

10. Hanuhoni kabeh kang duwe panuwun
Yen temen-temen sayekti
Dewa aparing pitulung
Nora kurang sandhang bukti
Saciptanira kelakon

Segala permintaan umatNya akan selalu diberi, bila dilakukan dengan
setulus hati.
Tuhan akan selalu memberi pertolongan, sandang pangan tercukupi
segala cita-cita dan kehendaknya tercapai.


Selanjutnya...